Ekonomi internasional akan bergejolak karena Mesir berada di kawasan strategis perdagangan dunia. Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafi'i Maarif menegaskan bahaya konflik di Mesir dapat memicu pecahnya Perang Dunia Ketiga III.
Sebab, sebelum terjadi pertikaian politik yang menjurus perang terbuka antara kelompok yang pro Presiden Mesir Hosni Mubarak dan kelompok yang menginginkan Mubarak turun dari kursi presiden, telah terlebih dahulu terjadi konflik politik seperti di Tunisia.
Sementara itu, di Yaman dan Yordania juga sudah mulai tampak adanya gerakan. Namun, Arab Saudi belum ada gejolak politik karena kekayaan dikuasai sekitar 5-6 ribu pangeran dan rakyatnya dimakmurkan, sehingga perlawanan terhadap pemerintah yang berkuasa sangat kecil.
"Untuk Turki sangat kecil kemungkinan ada perlawanan terhadap pemerintah yang berkuasa, karena Turki lebih moderen," kata Syafi'i di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu, 5 Februari 2011.
Kemungkinan bahaya konflik Mesir akan memicu Perang Dunia III karena negara itu mempunyai berbagai keuntungan di tingkat internasional. Mulai dari letak negara yang strategis hingga sebagai kawasan yang dilalui perdagangan dunia, termasuk minyak dan energi. Akibatnya, jika konflik di sana tidak segera selesai akan dapat memicu perang.
Terkait dengan desakan agar Presiden Hosni Mubarak mundur, menurut Syafi'i, tanpa diminta mundur pun nantinya Mubarak akan mundur dengan sendirinya. "Tanpa diminta turun pun, Hosni Mubarak akan turun karena tidak mungkin akan bertahan," kata dia.
Syafi'i Maarif menyatakan, untuk menyelesaikan konflik tidak dapat dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Apalagi, bila Indonesia bertindak sebagai mediator untuk menyelesaikan konflik di Mesir, meski berpenduduk dengan umat muslim terbesar di dunia.
"Waktu Presiden AS Bush menginvasi Afghanistan, Indonesia tidak bisa berbuat banyak. Bagi umat Islam, yang bisa dilakukan adalah bagaimana umat Islam itu selalu sadar," tutur Syafi'i. vivanews.com
Bahaya Konflik Mesir Berdarah 2011, Penyebab Perang Dunia III, Krisis Perdagangan Dunia, Krisis Mesir Pemicu Perang Dunia Ketiga, Dampak Konflik Mesir Terhadap Ekonomi Internasional, Kawasan Strategis Perdagangan Dunia, Kondisi Terkini Mesir, Berita Mesir Terbaru, Akibat Konflik Mesir 2011
REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Janji Presiden Mesir Hosni Mubarak untuk membawa angin demokrasi dan reformasi ke negaranya tak digubris rakyatnya. Mereka kembali turun ke jalan dalam jumlah yang lebih besar dan menuntut tokoh yang sudah tiga dekade memerintah negara itu untuk turun. Bahkan di Suez, sebanyak 1.700 PNS menyatakan mogok untuk waktu yang tak ditentukan hingga Mubarak turun dan bergabung dengan demonstran.
Pidato Mubarak tengah malam sebelumnya tak bisa meredam amarah rakyat. Mubarak menyatakan memecat semua menterinya dan berjanji membentuk pemerintahan reformis. Kantor berita Associated Press menyatakan bangunan parlemen dan kabinet telah diblokir oleh militer, mencegah dikuasai massa. Al Jazeera melaporkan dari Kairo kota ini tampak seperti zone perang sejak sabtu pagi.
Tank telah berpatroli di jalan-jalan ibukota sejak pagi. Pernyataan dari angkatan bersenjata Mesir diserukan berulang-ulang, meminta warga untuk menghormati jam malam dan menghindari berkumpul dalam kelompok besar.
Jumlah korban tewas dalam protes itu dilaporkan terus bertambah, sedikitnya nya 23 korban tewas dikonfirmasi di Alexandria, dan 27 orang di Suez, dan 22 di di Kairo.Lebih dari 1.000 juga terluka dalam protes kekerasan hari Jumat, yang terjadi di Kairo dan Suez, di samping Alexandria. Protes berlanjut sepanjang malam, dengan demonstran menentang jam malam malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar